FAKTAKATA.ID, GORONTALO– Keberlangsungan hidup penyu di perairan Gorontalo semakin terancam. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara, Seksi Konservasi Wilayah II Gorontalo, mengungkapkan ancaman itu bukan hanya datang dari perburuan, tetapi juga dari pencemaran laut dan dampak perubahan iklim yang semakin nyata.
Fransisko Tambunan, perwakilan BKSDA, menuturkan bahwa penyu hijau menjadi salah satu spesies paling rentan terhadap kepunahan. Meski praktik perburuan sudah mulai menurun, ancaman baru justru semakin kompleks.
“Di Gorontalo pernah ditemukan sekitar 75 sampai 85 butir telur penyu. Telur itu kami relokasi ke lokasi penetasan agar terhindar dari predator, seperti biawak, burung, maupun manusia. Namun dari jumlah tersebut, hanya sekitar 50 yang berhasil menetas,” jelas Fransisko saat menjadi narasumber dalam diskusi Mapala Belantara FIP UNG di Oluhuta Paradise, Bone Bolango, Sabtu (16/8/2025).
Ia menjelaskan, persoalan sampah menjadi ancaman paling nyata bagi keberadaan penyu. Limbah yang terbawa arus sungai hingga bermuara ke laut membuat penyu enggan kembali ke lokasi bertelur.
Tidak hanya itu, perubahan iklim yang memengaruhi suhu pasir di pantai juga berpengaruh pada jenis kelamin tukik yang menetas.
“Kalau habitatnya sudah tercemar, penyu akan meninggalkan tempat itu. Situasi ini berbahaya bagi masa depan populasi mereka,” tegasnya.
Berdasarkan data BKSDA, terdapat empat jenis penyu yang masih bertahan di Gorontalo. Keempatnya adalah penyu sisik, penyu tempayan, penyu belimbing, dan penyu hijau. Seluruh jenis tersebut termasuk dalam kategori dilindungi dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Fransisko mengingatkan bahwa upaya konservasi tidak bisa hanya diserahkan pada pemerintah. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan laut, mengurangi sampah plastik, dan melindungi habitat pesisir sangat dibutuhkan agar penyu tetap bisa berkembang biak.
“Penyu adalah indikator kesehatan laut. Jika mereka punah, maka itu pertanda ekosistem laut kita sedang tidak baik-baik saja,” pungkasnya.
Dengan semakin meningkatnya ancaman, BKSDA berharap masyarakat, akademisi, hingga komunitas pecinta alam dapat berkolaborasi menjaga kelestarian penyu. Tanpa langkah nyata, bukan tidak mungkin dalam beberapa dekade mendatang Gorontalo akan kehilangan salah satu kekayaan laut yang menjadi kebanggaan daerah.












