Opini  

Mantan Aktivis Diduga Dalangi PETI di Balayo, Gerakan Lingkungan Dikhianati

Isjan Doda, Pegiat Lingkungan di Pohuwato, Foto: (Doc/Pribadi).
banner 468x60

FAKTAKATA.ID, POHUWATO– Praktik Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Balayo, Kecamatan Patilanggio, Kabupaten Pohuwato, kini menjadi luka terbuka di wajah gerakan lingkungan hidup.

Aktivitas tambang ilegal ini bukan lagi sekadar operasi tersembunyi, tetapi dilakukan secara terang-terangan. Yang membuat publik geram, praktik ini justru diduga melibatkan salah satu mantan aktivis lingkungan yang dahulu vokal menolak PETI.

Dugaan ini memicu gelombang kekecewaan dan kemarahan dari para pegiat lingkungan lain di Pohuwato.

Salah satunya adalah Isjan Doda, aktivis yang selama ini dikenal konsisten menyuarakan isu-isu kerusakan ekologi.

Ia menyebut keterlibatan mantan aktivis tersebut sebagai bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan bersama yang selama ini dibangun atas nama keadilan ekologis.

“Sungguh memalukan. Aktivis yang dulu paling keras menolak tambang ilegal, sekarang justru jadi bagian dari perusak. Ini bukan sekadar pengkhianatan moral, tapi penistaan terhadap seluruh gerakan penyelamatan lingkungan,” tegas Isjan kepada faktakata.id, Sabtu, (02/08/2025).

Menurutnya, praktik PETI di Balayo semakin membahayakan karena berlokasi dekat jalan trans dan hanya berjarak beberapa meter dari aliran sungai utama yang selama ini menjadi sumber air bagi masyarakat.

Aktivitas tambang yang diduga memakai zat kimia berbahaya dikhawatirkan mencemari air sungai, merusak sawah petani di hilir, dan mempercepat degradasi lingkungan.

Lebih miris lagi, informasi dari warga menyebut bahwa oknum mantan aktivis tersebut kini diduga berperan sebagai pengawas lapangan untuk kelompok tambang ilegal. Jika benar, maka bukan hanya kepercayaan publik yang rusak, tapi juga harga diri dunia aktivisme yang tercoreng.

“Ini bukti bahwa tak semua yang bersuara soal lingkungan murni berjuang. Ada yang hanya ingin membuka jalan masuk untuk ikut mengeruk keuntungan. Dunia aktivisme kita tercabik,” lanjut Isjan.

Ia pun menantang aparat kepolisian untuk bertindak tegas dan tidak menutup mata atas dugaan keterlibatan aktor-aktor yang sebelumnya tak terduga.

“Kalau ini dibiarkan, bukan hanya pelaku tambang yang bersalah, tapi juga aparat yang membiarkan. Jangan sampai publik menilai aparat ikut bermain atau terikat jaringan kepentingan,” tegasnya.

Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian mengenai penindakan atas PETI di Balayo. Kasus ini menjadi ujian besar bagi integritas aparat penegak hukum di Pohuwato.

Akankah mereka berani bertindak melawan kejahatan ekologis ini, atau justru memilih diam dan menjadi bagian dari pembiaran sistemik. (*)

Ditulis oleh: Isjan Doda

Editor: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *